Sejarah Syekh Adam BB

SEJARAH SYEKH ADAM  BB

Oleh:

BERLIAN PERSADA

“Padang Panjang adalah kota yang berbahagia” seperti kata A.A. Navis, sastrawan besar kebanggaan kota Padang Panjang itu. Banyak sekali karunia Allah yang patut disyukuri pada kota terkecil di pulau Sumatera ini. Udaranya yang sejuk, alam yang indah, banyak hujannya, berada di perlintasan serta masyarakatnya yang moderat. Di Padangpanjang lah setting cerita fenomenal Buya Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wick, dan Robohnya Surau Kami, AA Navis. Bagi siapa saja yang pernah datang ke kota yang berjuluk Serambi Mekkah ini maka pastilah akan punya kesan tersendiri

Selain banyak hujannya, Padang Panjang juga mempunyai banyak cerita serta banyak sejarah. Betapa sayang, jika semua itu hanya terpendam dalam kenangan, terkubur dalam ingatan, tanpa digali, agar generasi muda mengetahui. Bahkan tidak hanya sekedar mengetahui, kalau perlu mereka pun bisa mengambil banyak pelajaran, menjadikan tauladan, penyemangat, dan menjadi penerus cita-cita orang-orang yang pernah membesarkan nama kota ini.

 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.

Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mampu mengambil pelajaran dari perjuangan pahlawannya.

Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu mewujudkan cita-cita para pahlawannya.

 

Seperti yang dikatakan, Padang Panjang adalah kota dengan banyak cerita, dengan banyak sejarah. Sebagaimana lazimnya sejarah, maka tentulah ada nama-nama besar yang menyertainya. Salah satu dari nama-nama besar dari kota Serambi Mekkah ini adalah inyiak Adam Balai-Balai atau lebih populer Syekh Adam  BB.

Menelusuri kehidupan Syekh Adam BB terasa mempunyai kesan tersendiri. Siapa pun pasti akan berdecak kagum setelah mengetahui perjalanan hidup beliau yang unik, eksentrik dan penuh hikmah. Sepatutnyalah kita gali dan ketahui kisah hidup tokoh yang satu ini karena begitu banyak pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan hidup beliau, disaat banyaknya anak-anak zaman sekarang hanyut dalam game on-line, tercebur dalam narkoba dan tenggelam dalam maksiat.

Bahkan, saat membahas Syekh Adam  BB, pembicaraan takkan lepas dari anak keturunannya yang rata-rata adalah nama-nama besar kebanggaan Padang Panjang. Keluarga yang “ saparinduan”-nya merupakan aset bangsa. Jarang bertemu yang seperti ini.

SYEKH ADAM  BB (sumber foto : wikipedia)

MASA KECIL ADAM  BB

Inyiak Adam  BB atau lebih dikenal Syekh Adam Balai-Balai, lahir di Nagari Balai-balai, Padang Panjang, Sumatera Barat, 31 Agustus 1889. Tahun yang sama dengan dimulainya pembangunan stasiun kereta api di kota Padang Panjang oleh Kolonial Belanda.

Sebagaimana sebuah negeri yang sedang dijajah, tentulah kesejahteraan hidup bangsa pribumi jauh dari kata patut. Apalagi Kolonial Belanda tak ubahnya seperti lintah yang mengisap sumber kekayaan alam negeri nusantara untuk dibawa ke negaranya. Adam muda adalah segelintir dari anak pribumi yang beruntung di masa itu karena terlahir dari keluarga terpandang atau bangsawan. Adam adalah putra dari Sami'un Datuk Bagindo, seorang datuk/penghulu pucuk di suku sikumbang yang disegani. Kata-kata ayahnya didengar pada tiap perundingan ninik mamak atau pemangku adat. Ibu Adam  bernama Buliah, seorang perempuan yang sangat taat dan tegas dalam menjalankan perintah beragama.

PENDIDIKAN ADAM  BB

Karena berasal dari keluarga terpandang, Adam  kecil mendapat pendidikan yang cukup layak, baik dari bidang pendidikan sekolah maupun pendidikan agama di surau. Adam muda termasuk anak yang cerdas. Dia menamat kan sekolah Gouvernement di Padang Panjang dengan nilai yang bagus.

Atas dasar itu ayah Adam kemudian menyarankan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah raja atau Kweekschool (sekolah calon guru) di Bukittinggi.  Pada masa itu, inilah sekolah paling terkenal, sangat prestisius dan satu-satunya di Sumatera, yang didirikan oleh pemerintah Belanda. Bahkan untuk masuk sekolah inipun harus melalui penyaringan yang sangat ketat. Karena saking bergengsinya oleh masyarakat disebut "Sekolah Raja". Mungkin karena yang bersekolah di sana hanya anak-anak pintar dari keluarga berpangkat atau keluarga kaya saja. Banyak tokoh terkemuka yang pernah belajar di sekolah ini, diantaranya Tan Malaka, Muhammad  Sjafei, Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Jenderal A.H. Nasution dan lain-lain. Karena ini sekolah unggul di zamannya, maka peraturan di sekolah raja pun sangat disiplin. Salah satunya adalah kerapian dalam berpakaian setiap siswa yang mesti necis (kata necis berasal dari kata Belanda “net" berarti bersih. Kata ''tje" atau "tjes" di belakangnya adalah ungkapan penghalus, seperti kata papatje, mamatje, nama orang Min menjadi Mintje dan seterusnya). Setiap siswa sudah ditentukan pakaiannya, seperti harus mengenakan celana pantalon. Uniknya, Adam  justru tidak menyukai cara berpakaian seperti ini. Dalam kesehariannya ia lebih suka memakai baju gunting cina cap kelapa dengan sarung yang melilit di lehernya. Alasan inilah yang membuat Adam  tak mau bersekolah di sana. Sang ayah hanya bisa mengurut dada mendengar alasan  aneh anak satu-satunya tersebut.

MENDALAMI ILMU SILAT

Adam  kemudian malah mendalami ilmu silat. Adam memang tergila-gila dengan ilmu beladiri silat sejak dari kecil. Bakat ini memang menurun dari ayahnya yang juga ahli silat. Lazimnya beladiri merupakan seni tersendiri, maka biasanya orang yang memiliki jiwa seni tinggi akan beda semangatnya dalam mempelajari beladiri tersebut. Apalagi silat Minang terkenal dengan nilai seni yang tinggi di setiap alirannya. Adam  adalah orang yang memiliki jiwa seni tinggi. Ini pula yang membuatnya kemudian lebih suka berpetualang dalam dunia persilatan demi memuaskan hasratnya yang haus akan ilmu silat, ketimbang bersekolah atau belajar agama di surau.Tidak hanya satu aliran, tapi berbagai aliran silat yang ada di daerah Minang seperti Silek Tuo, Sitaralak, Silek Pauh, Silek Kumango, Silek Unggan, Silek Harimau, dia kuasai. Dimana ada tuo silek (guru silat) serta sasaran (padepokan) silat di Minang ini yang dia dengar, maka akan dia datangi untuk belajar. Menurut sejarah, pada zaman itu beladiri yang menguasai nusantara hanya dua yakni, silat Minang dan Kuntau ( kungfu cina). Banyak aliran-aliran silat yang lahir di negeri ini berasal dari perpaduan dua jenis beladiri tersebut.

Kemauan yang keras ditambah bakat dari dalam, membuat Adam dengan cepat menguasai berbagai jenis silat Minang termasuk ilmu kebatinan yang menyertainya sebagaimana lazim dalam dunia persilatan. Bahkan menurut kabar, salah satu cara pemutus (ujian akhir) silatnya adalah dengan berkelahi dan mengalahkan harimau yang dilakukan Adam  di sebuah bukit di wilayah Agam. Tidak semua orang yang belajar silat yang mencapai tingkatan ini.

“ Pada waktu itu Ayah dibawa ke dalam hutan oleh gurunya, lalu diajak bersilat. Awalnya beliau menyangka masih bersilat dengan gurunya tadi karena keadaan yang amat gelap. Namun, lama-kelamaan sosok yang bersilat dengannya terasa berbulu, bertubuh besar dan mendengus seperti bunyi harimau,” kata Abrar Adam , 79 tahun, satu-satunya anak Adam  BB yang masih hidup, menceritakan kisah ayahnya yang pernah didengarnya tersebut.

Inilah yang kemudian membuat Adam muda tumbuh menjadi seorang pendekar yang ditakuti dan disegani. Ditambah dengan perawakannya yang tinggi besar, wataknya yang keras, bertemperamen tinggi, tak kenal takut, maka wajarlah julukan urang bagak (jagoan) melekat pada dirinya. Sifat pantang kelangkahan yang melekat pada dirinya juga sering membawa Adam  berhadapan serta beradu kepandaian dengan urang bagak-urang bagak lainnya. Tiada hari yang tak terdengar berita tentang perkelahian Adam  yang memang berpantang untuk mundur.

“ Ada yang mengatakan BB dibelakang nama beliau itu tak hanya singkatan Balai-balai, tapi juga singkatan dari Bagak Bana ( jagoan sekali), “ tambah Abrar Adam sambil tersenyum.

Jiwa muda, serta situasi sosial di masa itu untuk urang bagak seperti dirinya membuat Adam  yang berusia 25 tahun kemudian berkecimpung di dunia parewa (Ini adalah istilah Minang bagi seorang jagoan yang ditakuti dalam masyarakat, suka berjudi, sabung ayam dan minum tuak. Seperti preman, namun parewa ini lebih bermartabat dari preman biasa. Bisa dikatakan sebagai “preman besar”. Jika preman biasa suka bikin rusuh di kampung, parewa biasanya pantang membuat onar di kampung sendiri. Kadang jadi penjaga kanpung atau sukunya. Parewa juga biasanya disertakan dalam rapat kampung atau kaum bersama dengan ninik amak, ulama dan cerdik pandai.)

Meski dikenal sebagai parewa, namun Adam  adalah anak yang sangat menghormati orangtua. Ibunya yang taat  agama sangat resah melihat anaknya yang parewa dengan pergaulan jauh dari agama tersebut. Yang paling membuat murka ibunya adalah karena Adam  sering tak sholat, padahal dulu rajin mengaji di surau. Setiap pulang ke rumah ibunya selalu memarahinya.

Dari ma sajo wa’ang? Jadi parewa sajo karajo ang. Sumbayang indak!( Dari mana saja kamu? Jadi parewa saja kerjamu. Sembahyang tidak.)” Tangkai sendok gulai yang terbuat dari kayu sering mendarat ke badan Adam hingga patah. Namun Adam  diam saja, tak hendak menjawab kata ibunya.

Pernah juga Adam menuruti kata ibunya untuk melaksanakan sembahyang. Namun ketika berwuduk badan Adam  merasa kepanasan seperti terbakar. Boleh jadi ini disebabkan ilmu-ilmu kebatinan dan mistik yang ia pelajari. Ia tidak jadi sholat. Tentu saja ibunya kian dongkol.

Meski parewa, Adam juga dikenal suka menolong. Karena kependekarannya ia sering dijadikan tempat mengadu atau penglerai ketika ada perkelahian antar parewa lainnya yang tak mampu diatasi oleh masyarakat biasa.

Selain bersilat, Adam juga sangat hobi bermain bola. Pernah suatu ketika diadakan pertandingan bola antara pribumi dan orang Belanda. Adam yang pendekar dan hebat pula permainan bolanya, membuat pihak lawan kewalahan. Akhirnya Belanda pun bermain curang dengan sengaja meletakkan sebuah besi pengait di dekat gawang untuk mencelakakan Adam. Mengetahui hal itu, Adam malah sengaja menyepak besi pengait tersebut. Bukannya kakinya yang sakit malah besi pengait yang cukup berat itu yang terbang keluar lapangan.

MERANTAU KE SAWAHLUNTO

Bosan di kampung terus dan selalu menghabiskan uang orangtua, membuat Adam pada suatu hari berpikir untuk merantau. Jiwa petualang Adam  kemudian membawanya merantau ke Sawahlunto, kota tambang pertama di nusantara. Pemerintah Kolonial Belanda membuka tambang batubara yang memperkerjakan para tahanan dari seluruh daerah nusantara. Tahanan yang dikirim jadi pekerja paksa itu adalah para penjahat kelas kakap, perompak sadis, para pembunuh, tahanan politik atau orang-orang yang dianggap teroris dan berbahaya oleh pemerintah Belanda. Para tahanan tersebut bekerja dengan keadaan kaki dirantai agar tidak bisa melarikan diri. Karena itulah mereka diistilahkan dengan sebutan orang rantai.

Karena orang rantai di tambang batu bara tersebut rata-rata bukanlah orang sembarangan dan banyak pula diantara mereka yang berkeahlian beladiri tinggi atau ahli dalam membunuh, maka para mandor yang mengawasi tahanan yang jumlahnya hampir 2 ribu orang itu pun adalah orang-orang pilihan; seperti para pendekar atau urang-urang bagak yang punya kesaktian pula. Sehingga ada pameo di zaman itu mengatakan, jangan mengaku sebagai urang bagak dan pendekar jika belum pernah jadi mandor orang rantai di Sawahlunto.

Selain ingin punya penghasilan sendiri, tantangan yang timbul dari jiwa jagoan Adam membawanya melamar pekerjaan sebagai mandor. Adam muda langsung diterima berkerja di sana. Tentulah setelah dites kemampuan kependekarannya.

Kehidupan brutal orang rantai kemudian menjadi santapan sehari-hari Adam . Sebagai seorang mandor ia setiap saat berhadapan dengan orang rantai yang memberontak atau perkelahian antar tahanan. Pembunuhan terjadi setiap hari adalah hal biasa di tempat itu. Dalam buku Orang Rantai: Dari Penjara Ke Penjara (Erwiza Erman, 2007) diceritakan, bahwa menurut sebuah catatan seorang asisten Residen belanda yang bernama De Munnick yang mengamati tingkah polah orang-orang rantai mengatakan bahwa saking banyaknya orang rantai ini, terkadang mereka berbuat sekehendak hati. Barang siapa yang menaruh dendam terhadap teman-temannya dan ingin membalaskannya, langsung dilakukan. Baku hantam dan saling menganiaya menjadi pemandangan biasa. Tuan De Munnick mempertanyakan kondisi orang rantai ini. Katanya, ”Dimana lagikah tempat di dunia dengan keadaan kacau seperti ini? Di mana lagikah tempat di dunia ini yang para penjahatnya paling nekat bunuh membunuh dan lalu lalang tanpa pengawasan?”. Polisi tambang dan mandor berusaha menangkap kuli-kuli yang bersenjatakan pisau dan menyeretnya  untuk diberi hukuman, namun berulangkali mereka kembali berhasil mendapatkan pisau. Apakah mereka memperoleh benda tajam itu dari bengkel-bengkel? ataukah potongan besi dalam lobang yang digilaskan ke roda lori pengangkut batu bara yang lalu lalang keluar masuk lobang tambang? Yang jelas, di tempat ini berlangsung dendam kesumat yang membawa pada aksi-aksi penganiayaan dan bahkan pembunuhan. Demikianlah keadaan tempat bekerja Adam .

Monumen orang rantai di sawahlunto

(foto: wawasanproklamator.com)

 

Pada suatu kesempatan cuti bekerja, setelah mengumpulkan gaji dalam jumlah yang lumayan banyak saat itu, Adam  yang sudah beberapa bulan meninggalkan kampung halaman, rindu pulang ke Padang Panjang bertemu dengan ibunya. Ada perasaan bangga di hatinya karena sudah punya pekerjaan tetap, punya penghasilan sendiri. Ia berniat menunjukkan hal tersebut pada ibunya dengan memberikan uang gajinya yang banyak itu. Di atas kereta api yang membawanya dalam perjalanan pulang dari Sawahlunto ke Padang Panjang itu terbayang wajah ibunya yang bahagia.

Tapi, ternyata harapan Adam  tak sesuai dengan kenyataan. Jauh panggang dari api. Bukannya gembira, ibunya malah murka ketika tahu Adam bekerja sebagai mandor orang rantai. Ibunya tak suka karena dunia anaknya ternyata masih tak jauh-jauh dari kehidupan keras parewa, yang jelas saja jauh dari agama. Apalagi jadi mandor orang rantai yang berarti makan gaji dari pemerintah Belanda. Padahal banyak orang rantai yang dianggap kriminal oleh pemerintah Belanda itu adalah mereka yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Ibu Adam  bahkan menganggap hasil pencarian anaknya itu tak bersih.

“ Aku tak mau uang haram itu. Bukan ini yang kuharap darimu.” Kata ibunya seraya melempar uang pemberian anaknya itu.

Adam  terpana melihat sikap ibunya tersebut. Dia pun hanya bisa diam saat ibunya kembali mengomelinya seperti yang sudah-sudah, tentang betapa pentingnya belajar agama dan menjalaninya, ketimbang mencari harta dunia yang banyak namun dengan cara yang tak baik.

Adam  akhirnya memutuskan untuk kembali ke Sawahlunto. Melihat  sikap ibunya yang teguh dalam beragama tersebut, rupanya menjadi bahan pikirannya di sepanjang perjalanan. Lama ia merenunginya hingga hatinya menjadi gelisah. ia kemudian memutuskan turun dari kereta di kawasan Danau Singkarak.

Di pinggir danau ia duduk termenung di atas sebuah batu seraya memandangi permukaan danau yang tenang . Ucapan ibunya kembali tergiang-giang. Adam  kian gelisah karena hidupnya kini terasa tak jelas arah.Tak jauh dari tempat duduknya itu ada sebuah surau kecil tempat anak-anak mengaji. Entah kenapa ia ingin pergi ke tempat tersebut. Adam  lalu bangkit dan menuju surau kecil itu dan di sana ada beberapa orang bocah yang tengah asyik membaca kitab sambil menunggu gurunya datang. Adam  heran campur kagum melihat kepintaran anak-anak tersebut membaca kitab gundul.

“ Kenapa kau bisa membaca tulisan Arab tanpa baris ini?” Tanya Adam .

“ Itulah gunanya belajar, “ Jawab anak-anak itu dengan polosnya.

Adam  tersentak mendengar jawaban anak itu. Jawaban sederhana tapi mengena di hatinya. Inilah yang kemudian menjadi titik balik kehidupan Adam . Tanpa pikir panjang ia segera kembali lagi ke Padang Panjang. Ia tak berniat lagi jadi mandor orang rantai. Niatnya kini  cuma satu : belajar agama.

BELAJAR AGAMA PADA INYIAK RASUL

Singkat cerita, Adam  kemudian belajar agama kepada Syekh Abdul Karim Amrullah yang populer dengan panggilan Inyiak Rasul. Beliau ini adalah ayah dari Buya Hamka. Adam  benar-benar bertekad belajar agama. Semua ilmu mistik dan kebatinan yang pernah ia pelajari kemudian dibuangnya atas bimbingan gurunya. Ia betul-betul insyaf. Dan tentu saja ini yang diinginkan orangtuanya terutama sang ibu yang sebelum ini pernah bermimpi melihat Adam berdiri di atas pematang tinggi dan di belakangnya terhampar sawah-sawah yang luas. Orang-orang tua dulu menafsirkan mimpi itu bertanda bahwa Adam  suatu saat akan jadi orang besar.Boleh jadi inilah buah dari doa sang ibu kepada Adam yang tiada pernah putus-putusnya.

Dr. Haji Abdul Karim Amrullah/Inyiak Rasul (ayah Buya Hamka) gurunya Adam BB

(sumber : wikipedia)

Adam  juga tak mempedulikan usianya yang jauh lebih tua dibanding murid-murid Inyiak Rasul yang lainnya. Ia sadar kalau dari segi umur memang sudah terlambat untuk jadi seorang murid. Namun Inyiak Rasul sering mengatakan bahwa tak ada kata terlambat untuk belajar agama, meski besok mau mati sekali pun. Ini yang mebuat Adam  terus terlecut untuk belajar. Kalau semangat  Adam mengendor atau kurang perhatian dalam belajar sehingga melakukan kesalahan, Inyiak Rasul yang memang dikenal pemarah itu, langsung mengomelinya.

Lah gadang wa’ang indak juo pandai mangaji. Mangkonya barajalah rajin-rajin ( sudah besar kamu tidak juga pandai mengaji. Makanya belajarlah rajin-rajin)”

Adam  adalah tipe murid yang patuh. Ia tak tersinggung  meski sering kena omelan gurunya. Setiap kali dimarahi semangatnya kembali membara.

Tempat belajar Inyiak Rasul tersebut berada di Surau Jembatan Besi di kawasan Pasar Usang Padang Panjang. Inyiak Rasul belajar agama di Mekkah dengan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, seorang ulama fenomenal asal Minang yang ilmunya diakui dunia. Sepulangnya dari Mekkah dan beberapa waktu mengajar berkeliling di Tanah Minang, akhirnya pada 1911 Inyiak Rasul menetap di Padang Panjang dan mengajar di Surau Jembatan Besi yang dalam perkembangannya pada tahun 1918 berubah menjadi lembaga pendidikan modern diberi nama Sumatera Tawalib. Yang pernah menjadi murid Inyiak Rasul antara lain, Abdul Hamid Hakim, Zainuddin Labay El-Yunusi, Buya Hamka, A.R. Sutan Mansur, Rahmah El-Yunusiyah, Rasuna Said dan banyak yang lainya.Sekolah ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya Kaum Muda, aktivis pergerakan pembaharuan agama Islam di Sumatera Barat.

Pada zaman itu, kota untuk melanjutkan pendidikan hanya ada dua pilihan ; Padang Panjang atau Bukittinggi. Kota Padang Panjang lebih populer dengan sekolah swasta bercorak keagamaan yang kebanyakan dikelola oleh ulama kaum muda yang mengabungkan metode pendidikan Timur Tengah dan Eropa. Sementara Bukittinggi dengan sekolah sekuler milik pemerintah Beelanda dan lebih identik dengan kota kolonial dan tempat peristirahatan pejabat Belanda di Sumatera.

A.A. navis dalam buku otobiografinya mengatakan bahwa kedaan penduduk Padang Panjang heterogen karena berada di perlintasan, membuat kota ini sangat toleran terhadap perbedan agama dan suku. Juga terbuka dan bersemangat dalam gerakan pembaharuan. Padang Panjang juga disebut sebagai pelopor pembaharuan sistem pesantren di Indonesia. 

Berdasarkan fakta sejarah lembaga pendidikan yang pertama berdiri di Sumatera Barat adalah Adabiah School di Padang pada tahun 1907 yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad, ulama asal Padang Panjang. Beliau adalah pendiri Surau Jembatan Besi pada tahun 1895. Penamaan Surau Jembatan Besi ini terinspirasi dari jembatan kayu beratap yang berada di dekat surau tersebut yang di kemudian hari diganti menjadi besi. Menurut catatan inilah jembatan besi pertama di kota Padang Panjang. Sebelum mendirikan sekolah di Padang, Syekh Abdullah Ahmad mengajar di Surau Jembatan Besi (sekarang lebih dikenal dengan Mesjid Zuama atau Mesjid Jembes).

Dan selanjutnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya turut bermunculan seperti Diniyyah School pada tahun 1915 yang diprakarsai oleh Zainuddin Labay El Yunusi.

Pada tahun 1918 berdiri pula lembaga pendidikan Islam yang bernama Sumatera Thawalib yang didirikan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah atau Inyiak Rasul.

Setelah itu pada tahun 1921 bermunculan sekolah Thawalib di Minangkabau dan di Padang Panjang. Sekolah ini didirikan oleh Syekh Syuib al Yutisi dan Syahbuddin Imam Kayo dengan nama Thawalib Gunung.

Berikutnya pada tahun 1923 berdiri pula Perguruan Diniyyah Puteri yang diprakarsai oleh Rahmah El Yunusiyyah dan sekolah ini merupakan pengembangan Diniyyah School yang sebelumnya hanya menampung para siswa putera. Perguruan ini sekarang khusus untuk siswa-siswa puteri yang sebelumnya bernama Almadrasatuddiniyyah lil Banaat.

Sehingga boleh dikatakan semua lembaga pendidikan pesantren modern  dipelopori di kota Padang Panjang dan yang pertama di Indonesia.

Mesjid Zuama  yang dulunya adalah Surau Jembetan Besi sebagai pusat dakwah ulama kaum muda juga merupakan cikal bakal Thawalib

(Sumber: dok.pribadi)

Jembatan besi Pasar Usang yang berlokasi di depan Mesjid Zuama. Jembatan yang terbuat dari besi pertama di kota Padang Panjang. Penamaan Surau jembatan Besi dulu, terinspirasi dari jembatan ini.

(Sumber : dok.pribadi)

BERGURU PADA SYEKH DAUD RASYIDI

Setelah berguru dengan Inyiak Rasul, Adam kemudian disarankan gurunya untuk manambah pelajaran pada Syekh Daud Rasjidi atau lebih dikenal sebagai Inyiak  Daud di Balingka, Agam. Ulama ini  juga pernah belajar di Mekkah pada Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Adam pun menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh pada Inyiak  Daud. Melihat semangat Adam dalam belajar, Inyiak  Daud jadi senang kepadanya dan Adam pun jadi murid kesayangan, bahkan sudah dianggap seperti anak sendiri. 

Syekh Daud Rasjidi atau lebih dikenal sebagai Inyiak Daud

(sumber: wikipedia)

Namun, yang namanya manusia, tentu tidak lepas dari kesalahan. Meski sudah menjadi santri, namun tabiat parewa Adam yang dulu terkadang keluar juga. Apalagi refleknya sebagi seorang pendekar silat membuat kakinya sering “hinggap “pada orang-orang yang dianggapnya salah. Beberapa kali Adam terlibat perkelahian.

Inyiak Daud adalah guru yang arif dan bijaksana. Beliau punya cara yang unik menghadapi murid yang berwatak seperti ini. Jika Adam berkelahi, dia tak pernah disalahkan, tapi justru dibela Inyiak Daud, meski Adam yang salah. Dan Inyiak Daud selalu bersikap demikian setiap kali ada masalah. Pokoknya, Inyiak Daud membuat Adam tak ubahnya seperti anak-anak. Lama-kelamaan Adam jadi merasa sendiri. Ia mulai berpikir bahwa Inyiak Daud pasti punya maksud tertentu dengan bersikap demikian. Boleh jadi inilah cara gurunya itu menegur dirinya yang suka berkelahi, pikir Adam dalam hati.

Dengan perasaan malu campur segan, akhirnya Adam menemui Inyiak Daud dan mengaku kalau dialah yang sering jadi biang penyebab perkelahian. Tak disangka, tangan Inyiak Daud yang juga ahli silat itupun segera melayang dan menampar muka Adam.

Lah tau salah, manga ndak dari joloang wa’aang mangaku (sudah tahu salah, kenapa tidak dari awal kau mengaku?” Marah Inyiak Daud kepada muridnya itu.

Adam pun tertunduk malu dan hanya bisa diam menerima hukuman dan nasehat berharga dari gurunya tersebut. Dia tahu kalau diri memang salah. Namun, metode pendekatan yang tak biasa dari Inyiak Daud tersebut, tak ayal mengena di hati Adam dan justru membuat hubungan keduanya kian dekat. Adam pun kian mencintai gurunya. Bahkan saat ketika terjadi bencana alam galodo ( longsor dan banjir bandang) yang meluluhlantakkan Nagari Balingka termasuk surau Inyiak Daud. Ketika itu kegiatan belajar jadi terhenti dan para murid terpaksa pulang ke kampung halaman masing-masing. Hanya Adam seorang yang tak ikut pulang. Ia lebih suka menemani dan membantu-bantu gurunya itu untuk membangun surau kembali.

BERGURU PADA SYEKH MUHAMMAD JAMIL JAHO

Setelah dirasa cukup belajar dengan Inyiak Daud, pada tahun 1914, Adam lalu disuruh Inyiak Daud menambah pelajaran pada Syekh Muhammad Jamil Jaho, akrab dipanggil Inyiak Jaho, yang membuka surau di derah Jaho Padang Panjang. Namun Adam tak sampai setahun belajar di sana. Adam memang lebih banyak menyerap ilmu dari Inyiak Rasul dan Inyiak Daud yang berpemahaman ulama kaum muda. Sementara Inyiak Jaho cenderung pada pemahaman ulama kaum tua, meski beliau sendiri banyak membenarkan ulama kaum muda. Pola pendidikan dan pemahaman inilah yang membuat Adam hanya sebentar belajar dengan Inyiak Jaho.

Syekh Muhammad Jamil Jaho yang akrab dipanggil Inyiak Jaho

(sumber: panjimasyarakat.com)

Setelah belajar dengan Inyiak Jaho meski pun sebentar, dengan ilmu yang sudah dipelajarinya Adam mulai berpikir untuk membuka surau sendiri seperti yang selalu dicita-citakannya. setelah minta pendapat dan dibawah bimbingan Inyiak Daud, pada tahun 1916 Adam mulai merintis sebuah halaqah sederhana di Kampung Pasar Baru, Padangpanjang.

KECINTAAN ADAM BB PADA GURU

Adam BB  memang dikenal berwatak keras dan juga bekas parewa. Tapi, nilai luhur yang ada dalam jiwanya memang patut dipuji, yakni kecintaan dan rasa hormatnya pada guru. Sosok guru bagi Adam mempunyai arti tersendiri. Ilmu yang diajarkan merupakan sesuatu yang amat berharga, tak bisa dinilai dengan uang dan permata. Banyak orang besar dan hebat berkat ilmu yang diajarkan oleh gurunya.

Karena kecintaan Adam BB  pada gurunya, pantang terdengar di telinganya jika sang guru mengalami masalah. Seperti yang diceritakan Abrar Adam, pada suatu kali ketika Inyiak Daud  dari Padang Panjang hendak pulang ke Balingka, beliau lalu naik kendaraan di terminal Pasar Usang.  Seorang agen bus yang tidak mengenal siapa beliau, sempat membentak Inyiak Daud  yang sudah tua karena  dianggap terlalu lamban sementara bus sudah mau berangkat.  Agen bus itu dikenal sebagai urang bagak di terminal itu. Kabar tersebut sampai ke telinga Adam BB. Bukan main marahnya ia mendengar gurunya kena bentak. Agen bus itu kemudian ia cari. Ketika bertemu, agen bus yang badannya lebih besar dari Adam BB  itu tidak berkutik apa-apa saat kena marah habis-habisan oleh pendekar silat itu. Selama seminggu bus yang diageni orang itu sepi penumpang karena orang-orang takut mendengar Adam BB  “mengamuk” di terminal itu.

Juga seperti yang diceritakan oleh Abrar Adam lagi, bahwa ayahnya itu bahkan sampai datang ke Jakarta ketika mendengar Inyiak Rasul ditangkap pada 8 Agustus 1941 disebabkan aktivitas dakwah Inyiak Rasul di Sumatera Barat yang membuat pemerintah kolonial Belanda meradang. Dengan tuduhan subversif dan dianggap berbahaya, ayah Buya Hamka itu kemudian diasingkan ke Sukabumi. Sejumlah aktivis gerakan kemerdekaan bersuara keras menentang penahanan tersebut. Ulama kaum muda dan kaum tua pun bersatu menentang penangkapan Inyiak Rasul.

Adam BB  dan beberapa sejawat seperjuangan lalu datang ke Jakarta menemui Mr. Muhammad Yamin dan memintanya untuk membantu persoalan yang menimpa Inyiak Rasul. Adam BB  bahkan sampai menginap beberapa hari di rumah intelektual Minang dan salah satu tokoh pergerakan kemerdekaaan asal Talawi Sawalunto itu.

Mr.Muhammad Yamin ketika itu memang ahli hukum terkemuka di Indonesia. Awalan ‘Mr’ didepan nama beliau bukanlah singkatan ‘Mister’ seperti yang disangka selama ini oleh banyak orang. Awalan 'Mr' adalah singkatan dari 'Meester in de Rechten', adalah sebuah gelar yang diperoleh seseorang setelah menyelesaikan studinya dalam ilmu hukum pada sebuah universitas yang mengikuti sistem yang berlaku di Belanda dan Belgia.Dalam bahasa Belanda, gelar ini berarti 'Magister dalam ilmu hukum'. Pada praktiknya, gelar ini biasa ditulis sebagai 'Meester' saja, seperti misalnya 'Meester Muh. Yamin' atau 'Meester Cornelis'. Gelar ini biasa disingkat menjadi 'Mr.' dan ditulis di depan nama seseorang. Di Belanda maupun di Indonesia, ketika sistem pendidikan Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh sistem Belanda, gelar 'Mr.' ini setara dengan gelar S-2 (magister), seperti contohnya gelar MH dalam ilmu Hukum dan LLM di negara-negara yang berbahasa Inggris.

Mr. Muhammad Yamin kemudian memperjuangkan upaya hukum Inyiak Rasul pada pemerintah Belanda. Hal ini tercatat dalam salah satu laporan harian Sinar Sumatra, No. 25, Tahoen ke 37, Hari Senen 3 Februari 1941 – 8 Tjie Gwee 2492 – 7 Moeharram 1360 tentang pertanyaan kritis yang diajukan Mr. Muhammad Yamin dalam sidang Volksraad  tgl. 30 Januari 1941 terkait dengan pemanggilan dan penahanan terhadap ulama Minangkabau yang sangat berpengaruh: Haji Abdul Karim Amarullah alias Haji Inyiak Rasul). Sembilan bulan kemudian Inyiak Rasul bebas dan pindah ke Jakarta, menyusul takluknya Belanda ke tangan Jepang. (Dr. Suryadi – Leiden University, Belanda / Padang Ekspres, Minggu 11 November 2018).

Dalam buku Buya Hamka, Ayahku, juga ada ditulis cerita bagaimana Adam BB  sangat cinta dan membela gurunya. Kejadian itu ketika ada seorang Syekh dari Arab yang diundang oleh ulama kaum tua. Syekh itu dipropagandakan sebagai Syekh keramat. Sisa air minumnya dan bekas makannya diperebutkan untuk diambil berkah, sebagaimana paham kaum tua yang sering metaqlidkan (menuahkan) seorang alim. Ulama ini bernama Syekh Abdul Hadi. Suaranya terkenal sangat merdu ketika membaca Al-Qur’an. Orang-orang menyebutnya Tuanku Syekh Arab. Syekh ini sengaja diundang untuk melawan propaganda ulama kaum muda yang menganggap kaum tua “sesat”.

Syekh ini berceramah di Surau Inyiak Jaho di daerah Jaho. Syekh itu katanya, tak bisa berbahasa Melayu sehingga ia lebih banyak menggunakan bahasa Arab. Waktu itu Adam BB juga ikut hadir. Rupanya ceramah syekh ini terdengar kasar dan memaki-maki ulama kaum muda, terutama mencela Inyiak Rasul. Mendengar ulama kaum muda dan gurunya dimaki dan dicela, Adam BB  tak terima. Ia kemudian minta izin pada Inyiak Jaho untuk bertanya pada Syekh tersebut. Inyiak Jaho arif kalau situasi bisa menjadi panas. Beliau yang berada di tengah-tengah pemahaman kaum tua dan kaum muda itu sebenarnya juga tak setuju dengan ceramah Syekh Abdul Hadi yang kasar tersebut. Inyiak Jaho pada awalnya tak memberi izin Adam BB untuk bertanya sehingga terjadi sedikit perdebatan antara keduanya. Syekh Abdul Hadi yang mengetahui hal itu jadi marah.

“ Apakah kau murid Haji Rasul? Kenapa kau mau tanya? Panggil gurumu ke sini. Aku tidak takut!” Kata Syekh itu menantang Adam BB  dalam bahasa Melayu yang fasih. Darah mantan parewa yang sudah tobat itu naik ke ubun-ubun.

“ Syekh pembohong! Kau katakan tak bisa bahasa Melayu. Rupanya engkau bisa dan kau gunakan untuk mencela-cela guruku.” Kata Adam BB  marah.

“Yah! Mana gurumu itu. Bawa sini!” Balas Syekh itu tak mau kalah.

Bertambah naik pitamlah Adam BB mendengar gurunya ditantang terus. Bahkan Inyiak Jaho pun kewalahan melerai pertengkaran tersebut.

“ Tak usah dengan guruku. Dengan aku saja selesai!” Ucap Adam BB lantang. Dia pun berdiri dan maju ke depan. Melihat gelagat Adam BB itu banyaklah orang yang salah sangka dan mengira Syekh itu akan “kena “ tangan sang pendekar. Padahal Adam BB tak berniat main kekerasan, tapi hanya ingin mengajak Syekh tadi berdebat saja. Maka banyaklah orang-orang yang berlarian ketakutan keluar surau. Rupanya termasuk pula Syekh Abdul hadi yang ternyata kemudian tercebur masuk tabek (kolam) di luar surau. Syekh itu diselamatkan oleh Inyiak Jaho dan disembunyikan.

Buya Hamka juga menceritakan bahwa selepas kejadian yang disangkakan banyak orang akan berakhir dengan mengerikan itu, Syekh Abdul Hadi kemudian mengalami trauma dan guncangan jiwa yang membuat dirinya depresi berat. Rupanya bayangan Adam BB  yang marah itu terbayang-bayang terus dalam kepalanya, yang lama-lama seolah terasa nyata. Akhirnya Syekh itu mulai berkelakuan aneh. Pada suatu ketika dia membawa kapak saat berkhutbah.Tiba-tiba diacung-acungkannya kapak itu seolah-olah dia melihat ada Adam BB yang sedang mengejarnya. Padahal tidak ada siapa-siapa. Karena membahayakan, orang-orang kemudian berusaha merebut kapak di tangan Syekh itu. Meski sempat melawan akhirnya Syekh itu diserahkan ke polisi dan dikirim ke rumah sakit jiwa di Sabang. Terakhir bertemu dengan Syekh itu setelah keluar dari rumah sakit jiwa, Buya Hamka melihatnya bernyanyi-nyanyi kasidah sambil mencela-cela ulama kaum muda. Bahkan, Syekh itu juga berjualan macam-macam jimat.

MADRASAH IRSYADIN NAS

Seperti yang diceritakan, setelah belajar sebentar dengan Inyiak Jaho, Adam BB kemudian mendirikan surau sendiri dibawah bimbingan Inyiak Daud. Selain impiannya, pendirian surau Pasar Baru ini juga dilatari dengan perbedaan pandangan dalam metode pengajaran dengan Inyiak Rasul.

Sebelum mendirikan surau sendiri, sebenarnya Adam ikut membantu Inyiak Rasul mengajar di surau Jembatan Besi.Namun, ketika Inyiak Rasul merubah metode pengajaran dengan cara lebih modern dengan sistim berkelas, Adam tidak sependapat. Ia lebih menyukai metode cara yang lama yakni dengan cara ber-halaqah, yaitu di mana para murid duduk bersila di lantai mengelilingi guru.  Aspek diskusi dari cara ber-halaqah ini memang menonjol. Caranya ialah, murid disuruh bergiliran membaca kitab yang dipelajari, lalu menterjemahkannya. Mana yang tidak tepat artinya akan diperbaiki oleh murid-murid yang lain atau guru sendiri. Mana yang tersendat ditunjukkan cara mengartikannya. Sesudah itu barulah dijelaskan arti luasnya oleh guru sambil mendiskusikannya dengan murid murid. Kelebihan dari sistem halaqah ini adalah keterlibatan secara aktif dari semua siswa. Guru lebih bersifat membimbing daripada menyuapkan “pisang berkubak.” Kelebihan lain, adanya diantara murid yang dituakan, yang juga diberi nama dengan “guru tua” (mursyid). Guru tua inilah yang bukan saja harihari bergaul dengan muridmurid yang lebih muda dan tidur bersama dalam surau, tetapi juga yang membantu mengulangkan kaji sebelum bertemu dengan guru besar. Guru besar kadangkadang cukup menjelaskannya kepada guru tua dan guru tua selanjutnya menjelaskan kepada murid-murid.

Karena perbedaan ini, Adam BB  lalu ingin membuka halaqah sendiri setelah minta izin pada Inyiak Rasul. Ini hanyalah perbedaan kecil yang tak sampai merenggangkan hubungan guru dan murid tersebut. Adam BB tetap mencintai gurunya dan tetap mengunjungi Inyaik Rasul sambil membawa makanan dan buah-buahan, seperti cerita Buya Hamka. Adam BB  bahkan setiap saat selalu siap membela gurunya ketika ada masalah seperti yang diceritakan di atas.

Adam BB  kemudian memulai membangun halaqah sendiri, yang tetap tak lepas dari bimbingan dan pengawasan Inyiak Rasul, terutama dari Inyiak Daud Rasjidi. Dalam perkembangannya dengan mulai banyaknya orang-orang yang datang untuk belajar maka halaqah itu diresmikan menjadi sebuah surau yang kemudian populer disebut SPB, singkatan dari Surau Pasar Baru, pada tahun 1920. Kelak surau inilah yang menjadi cikal bakal Mesjid Raya Jihad, salah satu mesjid terbesar di kota Padang Panjang. Inilah cita-cita dan obsesi keagamaan Adam BB  yang notabene adalah impian dari ibundanya yang menginginkan sang anak menjadi seorang yang ahli dalam agama.

Pada 1926, sekolah agama yang didirikannya menggunakan metode dan kurikulum yang modern. Mulai dari situlah, Adam BB menjadi seorang yang dihormati dan disegani oleh lingkungan masyarakat. Tahun 1929 setelah masuknya sistem pendidikan moderen, SPB dikembangkan menjadi sistem klasikal yang dulunya jadi perbedaan pendapat Adam BB dengan gurunya Inyiak Rasul. Sekolah itu kemudian dinamakan Madrasah Irsyadin Naas (MIN). Madrasah MIN pada paruh awal abad ke 20 merupakan satu dari empat madrasah terkemuka di Padang Panjang. Berdampingan dengan perguruan Diniyyah Puteri, Thawalib dan perguruan Muhammadiyah. Chatib Sulaiman, tokoh perjuangan kemerdekaan, pernah menjadi guru di MIN. Sayangnya, saat sekarang sudah beberapa tahun madrasah ini sudah tidak aktif lagi kegiatan pendidikannya karena menurut informasi yang didapat  adanya masalah manajemen pengelolaan. Alangkah baiknya jika hal ini dapat perhatian dari pemerintah atau pihak terkait mengingat madrasah MIN memiliki banyak nilai historisnya.

Gedung Madrasah Irsyadin Nas (MIN)

(sumber: dok. Pribadi)

Salah satu gaya khas Adam BB mengajar murid-murid termasuk anak-anaknya untuk melakukan sholat adalah dengan membentuk sebuah klub sepak bola. Main bola selalu dilaksanakan di pagi hari setelah sholat subuh. Karena  olahraga ini termasuk populer dan disukai, anak-anak itu pun jadi semangat bangun pagi, rajin sholat subuh, lalu main bola, seperti yang diceritakan Boestanul Arifin Adam (Alm.), anak tertua Adam BB, dalam buku Siapa Mengapa Sejumlah Orang Minang.

Pola pendidikan yang diajarkan di MIN Adam BB berorientasi pada penanaman aqidah yang murni serta didukung dengan ilmu agama yang benar. Karena latar belakang Adam BB yang seorang pendekar, maka pembinaan fisik dan mental melalui latihan silat pun jadi hal tak terpisahkan dari kurikulum pendidikan. Tercatat dalam sejarah bahwa murid-murid Adam BB ini juga merupakan pasukan jihad yang ikut bertempur melawan Belanda dan Jepang.

Karena pada dasarnya berjiwa seni, Adam BB pun akhirnya menambahkan kurikulum pelajaran kesenian, dan melengkapi sekolah yang dipimpinnya dengan pentas dan ruangan latihan khusus. Selain itu para muridnya juga diajarkan berbagai keterampilan sebagai modal kehidupan mandiri. Maka, lulusan dari madrasah Adam BB  adalah kombinasi ulama, pendekar, berjiwa seni dan berketerampilan mandiri. Persis seperti cerminan pada diri Adam BB  itu sendiri.

Mesjid Raya Jihad yang dulunya adalah Surau Pasar baru

(Sumber: dok.pribadi)

Bekas rumah kediaman Adam BB. Tampak belakang adalah gedung MIN.

(Sumber : dok.pribadi)

Bekas rumah kediaman Adam BB dilihat dari samping persis di depan Mesjid Raya Jihad.

(Sumber : dok.pribadi)

PERTEMUAN PARA ULAMA DI MIN

Selain tempat pendidikan agama, MIN dimasa itu sering dijadikan tempat pertemuan para ulama Sumatera Barat ketika terjadi perlawanan terhadap peraturan ordonansi guru agama serta sekolah liar yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda. Kebijakan tersebut berisi peraturan-peraturan yang menyulitkan dakwah serta perkembangan sekolah Islam di Sumatera Barat, seperti untuk mendirikan sekolah Islam dan mengajar agama musti dapat izin dari pemerintah terlebih dulu. Serta setiap guru agama (ulama) dan murid yang belajar padanya harus didata.

Sebenarnya Belanda mengeluarkan peraturan ini adalah sebagai bentuk Islamophobia mereka. Yang ditakutkan Belanda adalah para ulama Islam, sehingga perlu dibuatkan semacam peraturan yang akan mengawasi para ulama. Karena syiar agama Islam sangat berpengaruh dan berdampak besar bagi pemerintahan Belanda.  Kolonial Belanda menilai, para santri lebih taat kepada ulama atau kiainya daripada pemerintahannya. Para ulama juga dinilai mempunyai peranan besar dalam  membangkitkan semangat anti-kolonial. Hal itulah yang mendasari dibuatnya peraturan ordonansi atau semacam sertifikasi ulama atau guru agama yang resmi dari pemerintah Belanda.

Di sekolah MIN inilah kerap dijadikan tempat bermusyawarah oleh ratusan ulama Minang. Bahkan tak jarang para ustadz yang mengajar di sana sering mendapat intimidasi dan penangkapan oleh pemerintah kolonial. Di sekolah Adam BB inilah dibentuk Comite Perloetjoetan Goeroe Ordonantie dan Toezicht Ordonantie Farticulier Ornderwijs yang 

didukung oleh ribuan ulama Sumatera Barat dari kaum tua maupun kaum muda yang bersatu dengan tujuan untuk menyusun perlawanan terhadap kebijakan Belanda tersebut.

Menurut catatan sejarah, hanya penentangan dan perlawanan dari ulama Minanglah yang berhasil membuat Belanda akhirnya membatalkan peraturan ordonansi tersebut di seluruh Indonesia.

TEGAS SEPERTI UMAR BIN KHATAB

Jiwa pemberani dan pendekar yang ada pada diri Adam BB ternyata mempunyai pengaruh besar dalam menegakkan agama. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas tak kenal kompromi terhadap kemungkaran seperti halnya sosok sahabat nabi Umar Bin Khattab. Adam BB  tak segan-segan menegur siapa saja ; tua-muda, pria-wanita, orang biasa-parewa, apabila dilihatnya melanggar agama. Pernah suatu ketika Adam BB memutuskan layang-layang seseorang yang usianya lebih tua dan juga dikenal sebagai parewa di Padang Panjang, karena masih saja asik bermain ketika waktu sholat tiba.

Lah gaek main layang-layang juo. Ndak sumbayang nan bakarajoan doh! (sudah tua main layang-layang juga. Tidak sholat yang dikerjakan!)” Hardik Adam BB. Orang tadi diam saja ketika tali layangannya diputus oleh ulama pendekar itu. Rupanya dia pun takut dengan Adam BB .

Ketika itu perjudian sedang merebak di kota Padang Panjang. Bukan main mendidih darah Adam BB melihat orang berjudi. Ia sudah sering mengingatkan orang-orang untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Apabila bertemu olehnya sekumpulan orang tengah berjudi, tak jarang meja judi itu ditendangnya hingga terbalik. Para penjudi itu pun lari lintang pukang daripada nanti kena kaki Adam BB  yang kata mereka “ co patuih” atau seperti petir itu. Bahkan tonggak buaiyan kaliang (roda berputar seperti permainan bianglala) di pasar malam pernah patah di tendang Adam BB karena kesal melihat banyaknya orang berjudi.

Ketegasannya terhadap orang-orang yang meremehkan perintah agama tidak hanya tertuju pada yang masih hidup saja, bahkan termasuk pula pada orang yang sudah mati. Waktu itu ada salah seorang di kampungnya yang meninggal. Lalu orang-orang minta beliau menyelenggarakannya serta mensholatkan orang itu.

“ Apakah dia semasa hidupnya ada melaksanakan sembahyang?” Tanya Adam BB .

“ Setahu kami tidak, Mak Adam.” Jawab orang-orang.

“ Kalau begitu bungkus saja orang itu dengan tikar lalu kubur saja sama kalian. Aku tak mau mengurus jenazah orang yang tak sembahyang.” Tegas Adam BB dengan lantang.

Tak hanya itu, Adam BB  bahkan tak segan–segan mendatangi gubernur yang menjabat kala itu dan “ memarahinya” karena dianggap membiarkan saja perjudian merebak di kota Padang Panjang. Gubernur yang hormat dan segan dengan Adam BB, langsung memberi perintah jajarannya ke Padang Panjang. Berkat Adam BB perjudian mereda di Padang Panjang saat itu.

PRIBADI YANG MANDIRI

Adam BB  dikenal sebagai pribadi yang mandiri. Untuk mewujudkan cita-cita dalam mengembangan pendidikan agama beliau berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain.

Bahkan ketika awal mula pembangunan suraunya beliau turun tangan sendiri. Ketika ada orang lewat dan bertanya basa-basi apakah butuh bantuan, maka dijawab “ Tak usah banyak tanyo.Kalau ka manolong langsung karajoan se (tak usah banyak tanya. Kalau mau menolong segera kerjakan saja).”

Begitu pula kemandiriannya terlihat dalam menjalankan madrasah, menghidupi anak anak asuh yang ditampungnya, termasuk kehidupan anak istrinya.

KEDERMAWANAN

Sifat menolong serta tidak kikir dengan harta, sebenarnya sudah ada pada diri Adam BB semenjak ia masih parewa. Sifat baik ini tentu saja menemukan tempatnya dan tumbuh kian subur ketika Adam BB sudah menjadi seorang yang taat dalam menjalankan perintah agama. Banyak cerita mengatakan bahwa beliau ini tak segan-segan mengeluarkan harta pribadinya untuk menegakkan agama serta menolong orang lain yang kesusahan.

Bahkan, apa yang sedang dipakainya pun tanpa pikir panjang akan diberikannya apabila ada orang membutuhkan. Seperti pada suatu kali ia menegur seorang pemuda preman yang dilihatnya tidak sholat.

“ Kenapa wa’ang indak sembahyang?”

“ Saya tidak punya kain sarung, Mak Adam.” Jawab pemuda preman itu ketakutan.

“ Ini kau ambil. Pergilah sembahyang.” Kata Adam BB memberikan sarung yang biasa terlilit di lehernya. Bahkan pakaian yang dipakainya pun pernah ditanggalkan dan diberikannya pada orang yang butuh, seperti yang diceritakan anaknya, Abrar Adam.

Dan yang juga banyak diingat orang-orang dari sifat kedermawan Adam BB adalah beliau banyak memelihara anak yatim dan dhuafa. Menurut cerita, Adam BB  pernah ketika itu mendapat kabar dari Bung Hatta, bahwa adanya kegiatan missionaris di mentawai yang memengaruhi banyak anak anak dhuafa di kepulauan itu. Adam BB  menjadi gusar dan tak mau membiarkannya begitu saja. Tak pikir panjang, beliau langsung berangkat ke Mentawai yang masa itu masyarakatnya amatlah terbelakang dibanding sekarang. Bahkan untuk menempuh melalui perjalanan laut pun amatlah sulit dan berbahaya. Belum lagi ketika sampai, ia musti berhadapan dengan panah-panah masyarakat pedalaman yang sudah dipengaruhi oleh missionaris.

Hasil dari perjalanan yang cukup berbahaya itu, Adam BB  berhasil mengajak sekitar 21 orang anak dhuafa ke Padang Panjang untuk dijadikan anak asuh. Mereka bergabung dengan anak anak yatim dan miskin yang telah ditampung Adam BB sebelumnya.

Yang menarik adalah, untuk menghidupi anak-anak asuhnya itu, Adam BB  tak pernah ambil pusing. Dengan ketawakkalannya yang tinggi beliau yakin bahwa rezeki anak-anak tersebut pasti sudah dijamin oleh Allah. Dan memang terbukti adanya.

Ada cerita lucu mengenai anak-anak pedalaman Mentawai yang jadi anak asuh Adam BB ini. Kalau mereka sedang ingin makan ikan, maka ikan-ikan yang ada di kolam depan surau sering mereka panahi seperti kebiasaan di tempat asal mereka dan hal tersebut jadi hiburan bagi yang lain.

Dalam mendidik anak-anak asuhnya itu pun, Adam BB memperlakukan mereka sebagaimana anak kandungnya sendiri. Sama makan, tempat tinggal, jatah pakaian dan keperluan lainnya. Seperti yang diceritakan Abrar Adam, bahwa dia dan saudara lelakinya yang lain makan dan tidur bersama anak-anak asuh ayahnya tersebut.

Kedermawanan Adam BB  yang lain adalah mempersilahkan orang lain atau kenalannya yang tak mampu untuk membangun rumah di tanah miliknya dalam batas waktu tertentu, hingga orang tersebut mampu membeli tanah sendiri. Namun belakangan, ketika Adam BB sudah meninggal, ada diantara orang-orang yang ditolong oleh Adam BB  berlaku curang dengan mengklaim tanah tersebut sebagai hak miliknya, seperti yang diceritakan oleh beberapa ahli waris Adam BB .

KECELAKAAN KERETA API LEMBAH ANAI DAN BINTUNGAN

Adam BB  juga diketahui menyedekahkan tanah miliknya untuk pekuburan umum atau istilahnya pandam kuburan dagang yang letaknya di kelurahan Balai-Balai Padang Panjang. Siapa saja yang bukan orang penduduk asli dipersilahkan dikuburkan di pekuburan ini. Tercatat di pekuburan ini pernah dikuburkan massal korban kecelakaan kereta api yang menurut sejarah termasuk kecelakaan kereta api terparah di dunia.

Kejadian kecelakaan kereta api itu terjadi pada tanggal 25 Desember 1944 di Lembah Anai. Entah apa penyebabnya. Ada kabar yang menyebutkan jika Jepang sengaja memutuskan rel untuk mencelakakan orang-orang pribumi. Begitu parahnya kecelakaan itu hingga korban yang tewas mencapai 200 orang dan yang luka-luka serius 250 orang. Kecelakaan ini disebut sebagai kecelakaan kereta api terparah di Indonesia dan nomor tujuh parah di dunia sepanjang sejarah. Bandingkan dengan kecelakaan api Bintaro pada 19 Oktober 1987 dengan korban 134 orang tewas.

Di masa itu para korban banyak ditampung di perguruan Diniyyah Putri yang dijadikan sebagai rumah sakit darurat. Rahmah El Yunusiyyah, pendiri Diniyyah Putri, bersama murid-muridnya ikut mengobati para korban yang masih hidup serta mengafani korban yang telah meninggal. Rahmah memang bukan dokter tapi pernah belajar ilmu kedokteran dari enam orang dokter terkemuka di masa itu. Mak Uwonya juga  seorang bidan.

Korban yang meninggal atas perintah Adam BB kemudian dikuburkan pada pandam kuburan di tanah miliknya. Warga Padang Panjang ketika itu bahu-membahu membawa jenazah-jenazah korban ke pekuburan. Menurut cerita, iring-iringan orang menangkut jenazah dari Diniyyah Putri hingga ke pandam pekuburan milik Adam BB , amatlah panjang seolah tiada henti. Jenazahnya ada yang utuh,  ada pula yang tak utuh terputus-putus akibat himpitan dan jepitan kereta. Ada potongan kaki saja yang terpaksa dikafani karena badannya tak jelas yang mana. Ada tubuh yang sudah tak berbentuk lagi. Bau amis darah dan aroma kematian tercium dimana-mana. Saking banyaknya korban serta potongan tubuh yang tak lengkap, maka terpaksa korban yang jumlahnya ratusan itu dikubur dalam satu liang kubur massal dengan kedalaman 5 meter yang kemudian diberi tembok di atasnya.

Selang beberapa bulan kemudian, pada Jumat 23 Maret 1945, terjadi lagi kecelakaan serupa di Bintungan, Padang Panjang. Menurut cerita, Jumlah korbannya ratusan orang pula. Dua kejadian itu tercatat dalam sejarah, namun mungkin kurang diketahui oleh generasi sekarang.

Karena jarak antara kecelakaan pertama dan kedua ini hanya beberapa bulan, maka korban kecelakaan kedua ini pun dikuburkan dalam lubang yang sama di kedalaman 3 meter, di atas kubur massal korban pertama.

TUGU PERINGATAN KECELAKAAN KERETA API

Untuk mengenang kecelakaan mengerikan itu, maka dibuatlah sebuah tugu peringatan yang hingga sekarang masih terawat oleh kerabat Adam BB . Tugu yang tak banyak diketahui orang masa sekarang, atau bahkan terlupakan untuk ditelusuri sejarahnya dan mungkin saja bisa dijadikan sebagai cagar budaya.

Tugu yang posisinya berada di atas kuburan massal itu lokasinya berada sekitar 500 meter dari kantor Kelurahan Balai-Balai. Tugu berdiameter lebih kurang 2 x 2,5 meter tersebut, bertuliskan ejaan lama berikut tahun yang dianggap aneh oleh kebanyakan orang. Yakni "Tugu Peringatan Orang-orang yang Meninggal Ketika Ketjelakaan Kereta Api Tanggal 25-12-2604 dan 23-3-2605", pada dinding bagian bawahnya.

Tugu peringatan kecelakaan kereta api Padang Panjang (tampak belakang)

(sumber: dok. Pribadi)

Rupanya, setelah diselidiki ternyata tahun pada tugu tersebut mengunakan penanggalan tahun Jepang. Penanggalan demikian juga bisa dilihat tertera di naskah proklamasi asli, yakni tahun 05. Bukan tahun 1945. Pada naskah klad (tulisan tangan) Soekarno, tertulis "Djakarta, 17-08-'05". Sedangkan pada naskah proklamasi ketikan Sayuti Melik tertulis "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05".

Tahun '05 merupakan kependekan dari angka "tahun 2605". Ini merupakan tahun saat dibacakan naskah proklamasi. Pada saat itu, Indonesia masih diduduki Jepang, dan menggunakan kalender Jepang atau disebut juga kalender Kaisar.

Penghitungan tahun Jepang ini dimulai ketika Kaisar Jimmu naik tahta pada tahun 660 SM. Sehingga tahun Kalender Kaisar Jimmu lebih awal 660 tahun dari pada kalender Gregorian (tahun Masehi).Sehingga tahun Jepang berdasarkan kalender Jimmu dihitung dengan menambahkan angka tahun kalender Gregorian (tahun Masehi) dengan 660. Sehingga tahun kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 menurut Kalender Jepang adalah tahun 2605 atau disingkat menjadi 05 yang digunakan pada masa itu, saat Jepang berkuasa. Jadi, penanggalan tahun di tugu Peringatan Kecelakaan Api Lembah Anai dan Bintungan di atas adalah penanggalan tahun Jepang.

Tugu peringatan kecelakaan kereta api Padang Panjang (tampak depan)

(sumber: dok. Pribadi)

 

Rupanya, setelah diselidiki ternyata tahun pada tugu tersebut mengunakan penanggalan tahun Jepang. Penanggalan demikian juga bisa dilihat tertera di naskah proklamasi asli, yakni tahun 05. Bukan tahun 1945. Pada naskah klad (tulisan tangan) Soekarno, tertulis "Djakarta, 17-08-'05". Sedangkan pada naskah proklamasi ketikan Sayuti Melik tertulis "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05".

Tahun '05 merupakan kependekan dari angka "tahun 2605". Ini merupakan tahun saat dibacakan naskah proklamasi. Pada saat itu, Indonesia masih diduduki Jepang, dan menggunakan kalender Jepang atau disebut juga kalender Kaisar.

Penghitungan tahun Jepang ini dimulai ketika Kaisar Jimmu naik tahta pada tahun 660 SM. Sehingga tahun Kalender Kaisar Jimmu lebih awal 660 tahun dari pada kalender Gregorian (tahun Masehi).Sehingga tahun Jepang berdasarkan kalender Jimmu dihitung dengan menambahkan angka tahun kalender Gregorian (tahun Masehi) dengan 660. Sehingga tahun kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 menurut Kalender Jepang adalah tahun 2605 atau disingkat menjadi 05 yang digunakan pada masa itu, saat Jepang berkuasa. Jadi, penanggalan tahun di tugu Peringatan Kecelakaan Api Lembah Anai dan Bintungan di atas adalah penanggalan tahun Jepang.

Naskah asli proklamasi yang masih menggunakan penanggalan tahun Jepang

(sumber : beritadiy.pikiran-rakyat.com)

 

BERADA DI BARISAN TOKOH ULAMA KAUM MUDA

Lazim diketahui di masa itu di Tanah Minang sedang terjadi pertentangan antara ulama kaum muda dengan ulama kaum tua, bahkan hal ini sudah terjadi semenjak zaman Paderi. Kitab-kitab rujukan yang paling banyak dijadikan referensi oleh ulama kaum muda ini adalah kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah yang sangat fokus pada pemurnian ajaran Islam dari syirik, takhayul, bid’ah, dan khurafat.

Ulama kaum muda awal abad 20 didominasi oleh ulama–ulama yang pernah menuntut ilmu di Mekkah dibawah bimbingan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi seorang ulama fenomenal asal Minang yang keilmuannya diakui dunia. Beliau ini disebut-sebut sebagai guru utamanya ulama kaum muda nusantara. Karena ketinggian ilmunya Syekh Ahmad Khatib pernah diangkat sebagai mufti mazhab Syafi’i di Masjidil Haram serta menjadi imam besar Masjidil haram, sebuah jabatan yang sebelumnya tidak pernah dipegang oleh orang selain berkebangsaan Arab. Banyak ulama besar nusantara yang pernah jadi murid Syekh Ahmad Khatib, antaranya K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), Syekh Muhammad Nur (mufti Kerajaan Langkat), Syekh Hasan Maksum (mufti Kerajaan Deli), Syekh Muhammad Saleh (mufti Kerajaan Selangor Malaysia), Syekh Muhammad Zain (mufti Kerajaan Perak, Malaysia), Syekh Mustafa Husain (Purba, Mandailing), Syaikh Musthafa Purba Baru (pendiri pondok Mustafawiyah, Purba Baru), Syaikh Abdul Halim Majalengka, Syaikh Abdurrahman shiddiq (mufti kerajaan Indragiri), Syaikh Sulaiman Ar Rasuli (pendiri Tarbiyah Islamiyah Candung), Syaikh Abdul Karim Amrullah (pendiri Thawalib Padang Panjang/ayah Buya Hamka), Syekh Abdullah Ahmad (pendiri Adabiah padang), Syekh daud Rasyidi/Inyiak daud, Syekh Ibrahim Musa Parabek ( pendiri Sumatra Thawalib parabek), Syekh Jamil Jaho, dan lain-lain. Bahkan, sekarang ini salah satu cucu kontan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang bernama Syaikh Dr Abdullah Saleh Al Minangkabawi juga menjadi salah satu ulama terkemuka di Mekkah.

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, guru utama ulama kaum muda dan guru dari banyak ulama besar nusantara.

(sumber : Akurat.co)

Syaikh Dr Abdullah Saleh Al Minangkabawi, cucu dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang juga menjadi ulama terkemuka di Mekkah saat ini.

(sumber : posmetropadang.co.id)

Adat Minang yang matrilineal dengan sistem pewarisannya, serta berkembangnya berbagai aliran tarekat kala itu oleh ulama golongan tua yang didukung oleh kaum adat, dinilai oleh ulama golongan muda sebagai sesuatu yang tidak berkesesuaian dengan ajaran murni islam. Dalam buku “Al Manhaj Al Masyru” yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu pada 1893, Syekh Ahmad Khatib menilai sistem waris dalam adat Minangkabau menyalahi hukum faraidh (waris Islam).Bahkan sebagai bentuk ketidaksukaannya, Syekh Ahmad Khatib selalu menolak jika diajak pulang ke Minangkabau, kampung halamannya. Sambil menggelengkan kepala dan mukanya muram, ia berkata, “biarlah saya meninggal di tanah suci ini.” Beliau sebenar cinta ke tanah kelahirannya, Minangkabau. Tetapi beliau tidak suka akan adatnya yang berpusaka kepada kemenakan, tulis Hamka dalam buku Ayahku . Hingga akhir hayatnya beliau di Mekkah, beristri orang sana dan berkubur di sana.

Keadaan seperti inilah yang dicoba “ dibersihkan” oleh para ulama kaum muda yang tentu saja mendapat tantangan dari ulama kaum tua yang juga banyak berasal dari kaum adat. 

Alasan Padang Panjang kemudian dijadikan sebagai pusat kegiatan ulama kaum muda adalah karena masyarakat kota ini lebih majemuk (seperti data sensus yang dilakukan afdelling Belanda pada tahun 1852 dan 1880, di Padang Panjang sudah didiami banyak suku seperti Tionghoa, Jawa, Batak, Nias, Keling, Eropa, dll). Sehingga kota ini dinilai lebih moderat dan lebih mudah menerima perubahan. Apalagi dalam sejarahnya, Padang Panjang dulunya merupakan salah satu basis kaum paderi yang notabene berfaham sama dengan ulama kaum muda.

Pertentangan ulama ini  sering pula berimbas pada pembubaran pengajian dan intimidasi, mirip dengan yang sering terjadi di masa sekarang. Seperti yang dialami Inyiak Rasul dan Inyiak Daud yang pernah dikepung serta diancam hendak dibunuh oleh sejumlah parewa di sebuah surau di daerah Muaro Padang saat terjadi perdebatan sengit dengan sejumlah ulama-ulama tarekat. Di luar Minang, KH Ahmad Dahlan ( pendiri Muhammadiyyah) yang juga salah satu tokoh ulama kaum muda nasional juga pernah dikejar hendak dibunuh pada suatu pengajiannya di daerah Banyu Wangi oleh masyarakat adat di setempat.

Sebagai murid dari tokoh-tokoh ulama kaum muda yang terkenal tegas dalam dakwah pemurnian akidah dari syirik seperti Inyiak Rasul dan Inyiak Daud Rasyidi, maka hal ini pulalah yang terlihat dalam kehidupan Adam BB . Seperti yang diceritakan Abrar Adam, bahwa sebenarnya anak Adam BB lebih dari enam orang. Namun ada beberapa yang meninggal saat masih kecil. Ada kepercayaan takhyul yang berkembang dalam masyarakat kala itu (bahkan sampai sekarang) tentang pantangan memberi nama anak dengan nama saudaranya yang telah meninggal, karena anak yang diberi nama tersebut diyakini bisa meninggal pula. Bagi ulama ahli tauhid, tentu kepercayaan tersebut dinilai  syirik karena masalah maut adalah urusan Allah, tidak mungkin berasal dari kesialan-kesialan seperti itu. Pemahaman tauhid demikianlah yang ditunjukkan oleh Adam BB dengan menghibahkan nama anaknya yang telah meninggal kepada anaknya yang hidup. Seperti yang diceritakan Abrar Adam bahwa nama Abrar Adam tersebut pernah dipakai oleh saudara diatasnya yang meninggal waktu kecil. Begitu juga beberapa nama yang dipakai saudaranya yang lain.

Sikap lain yang ditunjuk Adam BB terkait pemahaman ulama kaum muda terhadap adat Minang adalah dengan membangun rumah dari tanah yang dibelinya sendiri dan tinggal di sana bersama istrinya setelah menikah. Sesuatu yang janggal menurut pandangan adat matrilineal saat itu yang mana mengharuskan seorang lelaki setelah menikah untuk tinggal di rumah pihak istri. Konsekwensinya tentu membuat Adam BB tidak terlalu dekat dengan pihak keluarga istri.

PERJUANGAN KEMERDEKAAN

Adam BB  tercatat dalam sejarah sebagai sosok yang anti penjajah. Beliau tak mau kompromi dengan Belanda dan sangat membenci Jepang. Di masa penjajah dua bangsa ini, Syekh Adam BB  selalu tampil sebagai penentang baik melalui khotbahnya maupun beliau turun sendiri ke medan pertempuran mengangkat senjata dengan pasukan jihadnya.

Bahkan ada yang mengatakan kehebatan Syekh Adam BB  tak ubahnya seperti tokoh India terkemuka, Mahatma Gandhi, dalam membangkitkan semangat perjuangan kepada  orang-orang. Sehingga, bolehlah beliau ini dapat julukan ‘Gandhinya Kota Serambi Mekah’.

“MOST WANTED”-NYA TENTARA JEPANG

Penjajahan Jepang memang terkenal dengan kekejamannya. Tentara jepang tak segan-segan bertindak bengis atau menyiksa orang-orang yang dianggap sebagai penentang. Rakyatpun menderita. Pada zaman itu banyak orang-orang terlihat seperti bangkai berjalan karena kelaparan akibat kekurangan bahan makanan. Dalam salah satu syairnya Buya Hamka pernah mengambarkan keadaan pada zaman itu :

Beras putih untuk Jepang

Di kita jagung campur ubi

Banyak bicara kena lampang

Kalau melawan dihukum mati

Karena penentangan dan aktifitas dakwahnya yang dinilai tak mendukung pemerintah Jepang, membuat Adam BB pernah menjadi salah satu orang “ Most Wanted” atau paling dicari tentara Jepang di kota Padang Panjang. Jepang bahkan mengumumkan ke seantero kota, jika seandainya Adam BB  tertangkap, kaki dan tangannya akan diikat lalu akan diseret dengan kendaraan keliling kota hingga kulit dan dagingnya mengelupas. Jepang sengaja mengatakan demikian sebagai provokasi untuk menakuti dan melemahkan semangat juang warga Padang Panjang.

Untuk menghindari tangkapan tentara Jepang, terutama pasukan Kempetai (polisi militer) Jepang yang terkenal kejam dan terkenal tak ada ampun dalam menyiksa orang, Adam BB  waktu itu terpaksa harus sembunyi keluar masuk hutan sambil tetap melakukan perlawanan. Tak berhasil menangkap Adam BB, maka anak istrinya yang diintimidasi oleh tentara Jepang. Mereka datangi rumah Adam BB dan menanyakan keberadaannya. Bahkan salah satu anak perempuan Adam BB yang saat itu masih kecil, Rohani Adam, hendak dibawa tentara Jepang sebagai penunjuk jalan tempat persembunyian ayahnya. Istri Adam BB , Fatimah, tentu saja tak membiarkan anak perempuannya yang masih kecil dibawa. Serta merta ia rebut anaknya itu dari tangan tentara Jepang hingga salah satu telinganya sempat terkena tamparan tentara jepang. Semenjak itu pendengaran Fatimah agak berkurang.

Salah satu bentuk kekejaman tentara Kempetai (polisi militer Jepang) pada bangsa Indonesia.

(sumber : Intisari Online - Grid.ID)

Kediaman Inyiak Daud  di daerah Balingka, juga sering dijadikan tempat mengungsikan keluarga oleh Adam BB dari kejaran tentara Jepang. Sementara beliau sendiri bersembunyi dalam hutan dan menyusun perlawanan dengan sejumlah kelompok pasukan jihad. Menitipkan keluarganya pada gurunya ini, juga merupakan bentuk kedekatan antara Adam BB dan Inyiak Daud yang bahkan sampai ke anak cucu mereka. Hingga saat sekarang, mereka masih sering saling mengunjugi, seperti yang diceritakan Muhammad Jujur, salah satu cucu Adam BB , anak dari Huriyah Adam.

PENGIBAR BENDERA MERAH PUTIH PERTAMA DI PADANG PANJANG

 Adam BB  juga disebut-sebut sebagai orang yang pertama  mengibarkan bendera merah putih di kota Padang Panjang. Menurut cerita, ketika proklamasi kemerdekaan, tidak semua orang mengetahui karena terbatasnya alat komunikasi dan informasi kala itu. Walaupun ada yang tahu, namun mereka tak punya keberanian untuk mengibarkannya karena trauma psikis di masa kekuasaan Jepang, juga orang-orang kuatir dengan situasi keamanan yang tak jelas. Karakter Adam BB yang keras tak kenal takut itu membuatnya tanpa pikir panjang segera mengibarkan merah putih di halaman madrasah MIN miliknya. Melihat tindakan Adam BB yang nekad tersebut, orang-orang menjadi kuatir.

“ Mak Adam, apakah tidak perlu dimusyawarahkan dulu menaikkan bendera?” Tanya salah seorang dari mereka.

“ Kalau menaikkan bendera ambo tidak perlu musyawarah. Tapi kalau ada yang mau menurunkan bendera ini, baru perlu “musyawarah” dengan ku.” Jawab Adam BB  dengan tegas. Orang-orang pun berlalu karena sudah faham siapa Adam BB.

Mengenai siapa yang pertama pengibar bendera merah putih di kota Padang Panjang, memang ada versi lain yang mengatakan bahwa Rahmah el Yunusiyyah-lah yang pertama kali melakukannya. Namun, sungguh tak pantas apabila masalah ini diperdebatkan, mengingat Adam BB dan Rahmah el Yusiyyah adalah rekan seperjuangan dan sering bekerja sama. Boleh jadi, kedua orang ini sama-sama mengibarkan bendara merah putih dengan beraninya karena terlecut oleh semangat patriotisme setelah mendengar pengumuman kemerdekaan Indonesia.

Di masa perjuangan, Gedung MIN milik Adam BB juga sering dijadikan sebagai dapur umum dan markas perlawanan para pejuang kemerdekaan. Bahkan menurut cerita, ketika pembangunan gedung baru beberapa tahun silam, oleh ahli waris masih ditemukan sisa-sisa peluru yang sudah berkarat bekas aktifitas perjuangan dulu.

KONSOLIDASI PERJUANGAN DI PADANG PANJANG

Menurut catatan sejarah, Adam BB dan Pendiri Diniyyah Putri Rahmah El-Yunusiyyah yang merupakan kawan seperjuangan sering melakukan kerjasama dalam aktifitas melawan penjajahan. Seperti memprakarsai pertemuan dengan pemuda-pemuda bekas prajurit didikan Jepang seperti Gyugun, Heiho dan pemimpin masyarakat Batipuh X Koto dan Padang Panjang di gedung Diniyyah Putri pada tanggal 2 Oktober 1945. Pertemuan itu untuk mengkonsolidasikan kekuatan perjuangan di Padang Panjang dan sekitarnya. Pada pertemuan itu Anas Karim dari Jaho dipilih sebagai komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk Padang Panjang. BKR adalah merupakan cikal bakal TNI.

MENINGGAL

Syekh Adam BB meninggal pada tanggal 15 juli1953 setelah mengalami sakit keras akibat masalah ginjal. Beliau meninggal saat kedua anak lelakinya masih belajar musik di Belgia. Di saat-saat akhir beliau ditemani istri tercinta, dua anak perempuannya, Rohani Adam dan Huriyah Adam dan dua anak lelakinya, Achyar Adam dan adiknya, Abrar Adam yang pada saat itu baru berumur 12 tahun. Ketika prosesi penguburan sosok ulama dan pejuang kebanggaan kota Padang Panjang ini, tak terhitung banyaknya orang-orang yang datang, termasuk para pejabat yang menjabat di masa itu. Syekh Adam BB disemayamkan pada sebuah kuburan yang letaknya di depan mesjid Raya Jihad Padang Panjang, di areal yang menjadi saksi keulamaan dan perjuangan beliau menentang penjajah. Salah satu upaya pemerintah untuk menghargai jasa-jasa beliau adalah dengan mengabadikan nama Adam BB pada sebuah jalan di kelurahan Balai-Balai.

Makam Syekh adam BB atau Inyiak Adam BB yang berlokasi di areal mesjid Raya Jihad Padang Panjang.

(sumber : dok. Pribadi)

Nama Syekh adam BB diabadikan jadi nama jalan di kelurahan Balai-Balai

(Sumber : dok.pribadi)

BUAH JATUH TAK JAUH DARI BATANG

Seperti yang katakan diawal tulisan ini, pembahasan mengenai Adam BB tak takkan lepas dari pembicaraan soal anak keturunan beliau yang sebagiannya juga merupakan orang-orang besar, kaya prestasi nasional maupun internasional, serta jadi kebanggaan dan aset bagi kota Padang Panjang. Adam BB mempunyai enam orang anak: Bustanul Arifin Arifin, Rohani Adam, Irsyad Adam, Huriyah Adam, Akhyar Adam dan paling bungsu adalah Abrar Adam.

 Dari enam anak Adam BB, empat diantaranya menekuni dunia seni yakni : Bustanul Arifin Arifin, Irsyad Adam, Huriyah Adam dan Akhyar Adam. Adam bersaudara ini adalah tokoh-tokoh dibalik berdirinya Akademi Seni Karawitan Indonesia  atau ASKI Padang Panjang yang sekarang berubah jadi Institut Seni Indonesia atau ISI Padang Panjang.

Boestanul Arifin Adam, anak tertua Adam BB, sebelum menekuni seni dulunya adalah seorang anggota militer dan pernah menjadi komandan pasukan markas CPM Pematang Siantar. Setelah pensiun dini dari militer kemudian mendapat beasiswa untuk studi musik klasik di Belgia. Beliau juga merupakan direktur ASKI yang pertama dan pernah menjabat ketua DPRD kota Padang Panjang. Boestanul Arifin Adam juga dikenal sebagai seorang pemain biola yang handal.

Boestanul Arifin Adam, anak tertua Adam BB

(Sumber: repro dari buku apa mengapa sejumlah orang Minang,1995)

Irsyad Adam dan Akhyar Adam, walaupun mempunyai keterbatasan dalam penglihatan, namun kemampuan mereka di bidang seni jangan ditanya lagi. Irsyad Adam bahkan dijuluki Sang Maestro Violin/biola yang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Beliau sama-sama belajar musik di Belgia bersama kakaknya, Bustanul Arifin Adam. Begitu juga Akhyar Adam adalah pemain bansi dan akordeon yang hebat. Kedua-keduanya pernah mengajarkan ilmu mereka di ISI Padang Panjang.

Irsyad Adam, sang Maestro Violin

(Sumber: http://winosari05212012.blogspot.com/2013/12/hmj-musik-rayakan-ulang-tahun-bapak.html)

Huriyah Adam, salah satu anak perempuan Adam BB, siapa yang tak kenal namanya di pentas dunia tari Indonesia. Huriyah adam adalah legenda tari nusantara. Banyak koreografer terkenal merupakan muridnya. Selain maestro tari, Huriyah juga seorang pemahat hebat dengan salah satu karya fenomenalnya yaitu Tugu Pahlawan Tak Dikenal yang terletak di seberang Taman Monumen Bung Hatta atau beberapa meter dari Jam Gadang di Kota Bukittinggi. Suami Huriyah Adam bernama Ramoedin seorang pemain biola handal dan juga sepupu dari A.A. Navis. Huriyah Adam wafat pada 10 Nopember 1971, ia hilang dalam kecelakaan pesawat yang ditumpanginya di Laut Pantai Barat Sumatra. Tubuhnya tidak pernah ditemukan. Salah satu anaknya yang juga menuruni bakat seni adalah Muhammad Jujur, seorang pencipta lagu anak-anak dengan karyanya mencapai lebih dari 300 buah lagu dan pernah diundang sebagai bintang tamu dalam acara Kick Andy di Metro TV. Muhammad Jujur juga seorang penulis beberapa buah buku filsafat dan juga merupakan salah satu nara sumber dari tulisan ini.

Huriyah Adam, legenda tari Indonesia

(Sumber : wikipedia)

Tugu Pahlawan Tak Dikenal di kota Bukittiggi, karya pahatan Huriyah Adam

(sumber: Wisata Terbaru - blogger)

Muhammad Jujur, seniman hebat pencipta lagu anak-anak, beliau salah satu anak dari Huriyah Adam

(Sumber : pasbana.com)

Dua orang anak Adam BB yang lain tidak berkecimpung dalam dunia seni. Anak perempuan Adam BB yang lain, Rohani Adam, semasa hidupnya adalah seorang guru SMA di Surabaya. Abrar Adam, 79 tahun, merupakan anak bungsu Adam BB. Inilah satu-satunya anak ulama besar tersebut yang masih hidup. Beliau adalah narasumber utama dari tulisan ini. Abrar Adam pernah berdinas sebagai perwira di KKO (marinir), kemudian mengambil pensiun muda. Meski tak berkecimpung di dunia seni, Abrar Adam juga menguasai alat musik saxophone. Abrar Adam, biasa dipanggil Ayah Abam atau oleh teman sejawat dipanggil Tan Abam, cukup lama menetap di Jakarta, sebelum melewati masa tuanya sekarang di kota kelahirannya, Padang Panjang. Banyak yang mengatakan, bahwa profil kependekaran Adam BB terlihat pada Ayah Abam yang ketika mudanya adalah seorang ahli beladiri Kempo. Penulis yang juga pernah mencari penghidupan di Jakarta, sedikit banyaknya tahu dengan sosok beliau yang dijadikan tempat mengadu dan perlindungan oleh para perantau Minang, khususnya dari Padang Panjang. Di era tahun sembilan puluhan, hampir semua orang Padang Panjang tahu kalau beliau ini punya nama di kalangan “ urang bagak” ibukota. Meski ketika ditanya hal itu Ayah Abam hanya tersenyum saja. Dewi, salah satu anak beliau, pemilik usaha kuliner Minang di Jakarta, juga merupakan salah satu nara sumber tulisan ini.

Abrar adam, satu-satunya anak Adam BB yang masih hidup. Foto ketika masih dinas di KKO. (Sumber : dok.pribadi)

Abrar Adam atau Ayah Abam sekarang yang sudah berumur 79 tahun dan sakit-sakitan. Nara sumber utama dari tulisan sejarah hidup Adam BB ini.

(Sumber: dok.pribadi)